Pygmalion, dampak berpikir positif

Syahdan pada jaman dahulu kala, di Romawi hiduplah seorang pemahat yang sangat piawai bernama Pygmalion. Kepiawaiannya memahat menghasilkan patung-patung yang sangat indah, realis, mirip sekali dengan obyek aslinya sehingga banyak dibeli orang-orang dengan harga yang pantas. Ketika ada orang yang menawar dengan harga murah, teman-temannya pastilah akan menggerutu : “Ah, payah juga orang ini, masak karya sebagus ini cuma ditawar segitu. Pastilah orang pelit”. Tapi Pygmalion tidak pernah berpikir begitu. “Barangkali dia membutuhkan banyak uang untuk keperluan yang lain yang lebih penting”, begitulah komentarnya. Dan ketika ada anak-anak mencuri buah-buahan di kebunnya, dia tidak marah malah merasa iba “Ah kasihan anak-anak itu kurang mendapat perhatian, pendidikan dan makanan yang memadai di rumahnya”.

Pola pikir serta caranya mensikapi kehidupan itulah yang paling menarik serta membuat nya terkenal. Pygmalion tidak pernah melihat sesuatu dari sisi “buruk”, melainkan justru dari sisi “baik”. Tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia selalu berpikir tentang hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Kisah ini adalah sebuah legenda terkenal dari Romawi, yang ditulis oleh seorang pujangga bernama Ovid.

Pygmalion menjalani kehidupan penuh dengan kesungguhan dalam melakukan segala kewajiban, melakukan semuanya dengan ketulusan serta mengaku tidak pernah tertarik dengan wanita. Hingga suatu ketika ia memahat patung wanita dengan bahan gading. Patung tersebut sangat indah dan realistis sehingga akhirnya Pygmalion jatuh cinta pada patung tersebut. Karena kesungguhan cintanya, ia memohon pada sang dewi cinta Venus agar menghidupkan patung tersebut untuk dijadikan istri. Berkat permohonannya yang sungguh-sungguh dan tulus, Venus akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri.

George Bernard Shaw, dramawan Irlandia yang juga pemenang hadiah nobel kesusasteraan tahun 1925, menggunakan ide cerita tersebut untuk menghasilkan salah satu karyanya yang paling dikenal, Pygmalion. Karya Shaw tersebut menceritakan tentang seorang profesor fonetik yang berhasil merubah seorang gadis penjual bunga yang sederhana, Eliza Doolittle, menjadi seorang lady di kalangan elit di London.

Walau kisah asli Pygmalion jelas-jelas merupakan legenda yang tidak mungkin terjadi, namun adaptasi Shaw ternyata menggambarkan sesuatu yang cukup dekat dengan realitas yang jarang kita sadari: bahwa harapan kita terhadap seseorang akan merubah harapan orang tersebut terhadap dirinya sendiri dan akhirnya akan merubah harapan tersebut menjadi kenyataan

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif. Misalnya:
* Jika kita berpikir bahwa seseorang itu ramah sehingga kita bersikap ramah terhadap Orang tersebut, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

* Jika kita berpikir dan memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.
* Kalau kita berpikir bahwa tetangga kita judes sehingga kita tidak mau  bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

* Kalau kita berpikir dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap “hanya yang baik” tentang suatu keadaan atau seseorang. Betapa besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.
Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba membujuk,” atau kita mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala  sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan  hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

Disadur dari berbagai sumber

04/04/2010

PAP

Explore posts in the same categories: Pembelajaran

2 Komentar pada “Pygmalion, dampak berpikir positif”

  1. maya chan Says:

    “Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan”

    sngat setuju dengan kata2 diatas..^^ dengan berfikir positif smuanya akan berjalan dengan baik.

  2. ethie Says:

    saya suka sekali artikel ini.. 🙂


Tinggalkan komentar