Apakah Sangkuriang ber-demonstrasi?

Apakah Sangkuriang ber-demonstrasi?

Ketika telah mengerahkan segala tenaga dan pikiran untuk mewujudkan cita-cita, lalu kemudian usaha itu disabotase sehingga apa yang telah dicapai menjadi sia-sia dan tak berguna lagi, maka akan terasa wajar kalau Sangkuriang menjadi marah dan melampiaskannya dengan menendang sampan yang tiada berdosa, melayang dan akhirnya jatuh nun jauh disana menjelma menjadi gunung Tangkuban Perahu.

Apakah ini anarki?  Ya, itupun termasuk anarki meski yang dirusak adalah apa yang telah dibuatnya sendiri. Hanya saja, yang tidak terungkap dalam cerita, apakah Sangkuriang menuntut tindakan rekayasa yang dilakukan oleh penyabot yang mengakibatkan gagalnya segala usaha, dengan mengadakan demo, dengan mengerahkan sekian ribu orang,.

Tapi, barangkali  hal itu memang tidak dilakukan, karena Sangkuriang dalam kisahnya adalah seorang yang berjiwa ksatria.

Sedang dalam kisah Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso yang telah bersusah payah berusaha memenuhi permintaan Sang Putri yang dicintai untuk membuat seribu candi, ternyata tak bisa menahan amarahnya ketika tiba waktu fajar yang telah direkayasa. Dan dikutuklah Sang Putri menjadi candi yang ke-seribu.

Dari manca-negara pun tak kurang kisah-kisah  cinta yang berakhir dengan tragedy malapetaka. Sebut saja kisah Sam Pek Eng Tay dari daratan Cina, Romeo & Yuliet, kisah Perang Troya dan sebagainya.

Semua berawal dari timbulnya rasa cinta antara laki-laki dan perempuan, yang ketika dalam perkembangannya menemui kendala, tidak lagi diselesaikan dengan cinta.

Kiranya mereka rela mengorbankan kebahagiannya untuk bisa “saling” mencintai, sehingga mereka lakukan hal-hal yang bertentangan dengan cinta.

Apakah tidak lebih bermakna :  “bahagia karena mencintai”?

17 Maret 2010

ACM..

Explore posts in the same categories: Uncategorized

Tinggalkan komentar